"Blood Moon" di langit kota Tomohon
Blood Moon dilihat dari kota Tomohon (7;31pm, 8 Oktober 2014) |
Tadi malam, tanggal 8 Oktober 2014,
banyak orang di beberapa belahan dunia terutama di Asia, kecuali Asia Barat,
Australia, Amerika dan Samudra Pasifik memperhatikan langit dengan mempersiapkan
handphone, video ataupun kameranya untuk mengabadikan suatu fenomena alam yang
langka, yaitu gerhana bulan.
Berbeda dengan gerhana bulan pada waktu – waktu sebelumnya
yang berwarna putih, kali ini gerhana bulan berwarna merah darah, bahkan lewat
jejaring social dan media massa, muncul istilah popular “blood moon”.
Kota Tomohon yang masuk di
wilayah Indonesia Timur, termasuk daerah yang sangat beruntung karena “blood
moon” dan seluruh tahapan gerhananya dapat dilihat dengan jelas dan sayang untuk
dilewatkan begitu saja.
Update status dan foto bulan berdarah inipun menjadi trending
topic di facebook dan tweeter.
Selain gerhana bulan, ternyata ada
lagi fenomana alam lain berupa munculnya planet Uranus di sisi bulan secara bersamaan
dan dapat diamati tanpa teleskop alias dengan mata telanjang.
Fase parsial dari gerhana bulan total 14-15 April, 2014 foto; Fred Espenak |
Proses Blood Moon
Proses gerhana bulan
merah darah atau yang lagi popular disebut “Blood Moon” terjadi karena disaat
gerhana bulan total yang seharusnya purnama, bumi menghalangi bulan dan saat
itu atmosfer bumi membiaskan cahaya matahari sehingga bulan terlihat merah
darah.
Blood Moon eclipse tahun 2014 ini sebenarnya terjadi beberapa
kali, pertama di malam tanggal 14 – 15 April kemudian tanggal 7-8 Oktober.
Gerhana bulan total dan Mars diambil dari Tucson, Arizona, (15 April 2014) foto: Astrophotographer Jake Gillespie |
Asal muasal istilah “Blood
Moon”.
Di dalam ilmu Astronomi, istilah “Blood Moon” sebenarnya
tidak ada dan baru popular belakangan ini yang meluas lewat jejaring social seperti Facebook, Tweeter dan
media massa.
Sebutan blood Moon sebenarnya lebih berhubungan dengan nubuat yang
terdapat dalam Alkitab.
Tahun 2013, sebutan “Blood Moon” dipopulerkan oleh dua
pelayan Tuhan, Pdt. Mark Blitz dan Pdt. John Hagee yang mengutip nubuat nabi Yoel di alkitab.
"Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu" (Yoel 2:31)
Di tahun tersebut Pdt, John Hagee menulis buku “Four Blood Moons, Something is about to
change”, yang kemudian diambil istilah tersebut oleh media dan menjadi trending
topic hingga saat ini.
Pdt. Mark Blitz dan Pdt. John Hagee menjelaskan, istilah Blood Moon (= Bulan
Darah) terjadi saat bulan penuh dari tetrad yang sedang berlangsung – yaitu empat gerhana
bulan total berturut-turut, tanpa gerhana bulan parsial di antaranya, yang
masing-masing terpisah dari yang lain dengan waktu enam bulan lunar (enam bulan
penuh), dimulai pada malam April 14-15, 2014 dan gerhana Bulan Darah berikutnya
pada malam 07-08 Oktober 2014.
Dioleh dari berbagai sumber: earthsky.org
Baca artikel lain;
- Gunung Lokon meletus (10 September 2013)
- Berkunjung ke puncak Gunung Mahawu
- Kenali objek wisata di kota Tomohon
- Berkunjung ke puncak Gunung Mahawu
- Kenali objek wisata di kota Tomohon
Komentar
Posting Komentar