Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Desa Woloan; Industri rumah kayu dan Amphi theatre

Gambar
Industri rumah kayu di Woloan kota Tomohon Sekitar lima menit dari pusat kota Tomohon, terdapat desa Woloan yang terkenal karena menjadi pusat industri rumah kayu. Dulunya desa ini hanya memproduksi rumah kayu dengan gaya tradisional yang pangsa pasarnya hanya untuk warga Tomohon dan sekitarnya. Tapi seiring dengan waktu, desa ini maju dan berkembang, bahkan sudah terkenal hingga manca negara dengan design rumah yang jauh lebih modern sesuai dengan kebutuhan pasar. Pusat industri rumah kayu ini menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang datang ke kota Tomohon. Gunung Lokon  Tapi selain industri rumah kayu, desa Woloan sebenarnya memiliki objek lain yang berpotensi untuk sektor wisata. Dengan berlatarkan keindahan gunung Lokon, Amphi theater yang hanya berjarak sekitar 3 menit dengan kendaraan dari pusat industri rumah kayu menawarkan sisi lain dari indahnya gunung yang menjulang megah ini dengan hamparan pepohonan hijau dan persawahan di kaki gunungnya.

Perlukah Mall dan Supermarket di Tomohon?

Gambar
kota Tomohon Semenjak berganti status dari kecamatan ke kabupaten kota, pembangunan di kota Tomohon sangat pesat. Jalan-jalan diperbaiki dan dibuat untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan berbagai aktifitasnya, temasuk jalan ke areal perkebunan yang dahulunya hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan roda sapi tapi sekarang telah dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor roda dua dan empat. Masyarakat dan pedagang pasar juga kini lebih leluasa dalam aktifitas jual beli mereka, karena pasar sudah jauh lebih luas di tempatnya yang baru dan berdampingan dengan terminal.  Terminal bus yang dahulunya hanya “numpang” di perempatan jalan sekitar gereja Sion sampai kantor pos, kini telah mendapat tempat yang lebih luas dan nyaman yang secara langsung juga mengurangi tingkat kemacetan di pusat kota.  Adalah lazim terjadi, kemajuan pembangunan akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan juga populasi penduduk. Dan naiknya jumlah penduduk akan berdampak

Kisah Negeri para Jahanam!

Gambar
foto by kompas.com Namaku Rakyat margaku Miskin, warga negeri para jahanam. Bekerja maksimum untuk upah minimum Ditemani istri yang setia, namanya Derita.  Ya kami Rakyat Miskin menDerita.  Suaranya adalah suaraku, tak bisa didengar apalagi dilihat, hanya bisa dirasa oleh nurani yang bersih. Setiap pagi ku basuh muka dengan air mata. Menyegarkan jiwa untuk hari yang hampa.   Atas nama cinta, kami sehidup semati,  setengah hidup setengah mati. Oh ya, saya punya dua anak, mereka sangat "mungil" dan "lemah lembut" karena biasa menahan lapar.  Nama mereka sungguh indah,  sering kupanggil menahan isak,  hai "Busung!" hai "Sekar!" Duhai sobat, siapakah tak kenal mereka... Si Busung lapar dan Sekarat? kemanapun selalu bersama. Foto by rimanews.com Hidup di keluarga yang hampir cukup. Kemarin upahku hampir cukup beli beras… Hari ini hampir cukup beli obat… Maklum di negeri ini,  aku dilarang sakit...kecuali sakit