Mengenal Lebih dekat tentang Gunung Lokon

gunung Lokon Tomohon ampi teater woloan
Gunung Lokon
Yang suka hiking dan camping pasti tidak akan melewatkan objek petualangan di Gunung Lokon ini. Mari mengenal gunung Lokon lebih dekat.

Gunung Lokon masuk dalam kategori Strato vulcano dan memiliki kawah bernama "Tompaluan" yang unik dan lain dari gunung pada umumnya karena berada di kaki gunung bukan di puncaknya. Disebelahnya terdapat gunung Empung. Kalau dilihat dari puncak gunung Mahawu, kawah Tompaluan ini terletak dikaki gunung tepat di antara Lokon dan Empung.

Lokasi Geografinya tepatnya untuk Lokon 01o 21,5' LU dan 124o 47,5' BT dan untuk gunung Empung 01o 22' LU dan 124o 47,5' BT dibawah wilayah administrasi kota Tomohon, Sulawesi Utara.

Ketinggian gunung Lokon 1579,5 m dml, gunung Empung 1340 m dml dan gunung Tompaluan 1140 m dml. Terdapat pos pengamatan di Desa Kakaskasen, Kota Tomohon untuk memantau aktifitas gunung yang termasuk sangat aktif ini.

Sumber daya alam Gunung api
Sudah lazim bahwa disekitar gunung berapi terdapat sumber daya alam yang kaya seperti daerah tambang galian C untuk batuan lava dan pasir yang teresebar di bagian timur gunung Lokon sekitar Pasahapen. Sekarang dikelola oleh masyarakat lokal dan swasta untuk keperluan material jalan dan bangunan.

Objek wisata pendakian populer
Sekalipun tergolong sangat aktif, banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang sering mendaki ke gunung ini, terutama untuk menikmati keindahan alam dari kawahnya. Pendakian dimulai dari Kakaskasen atau Kinilow dan dapat ditempuh selama kurang lebih 1 jam 30 menit dengan rute pendakian lewat lembah Pasahapen, yang sebenarnya merupakan aliran sungai yang sudah kering.

gunung strato volcano, gunung berapi aktif, gunung Lokon, gunung Empung, kawah Tompaluan, kota Tomohon, hiking and camping, my travel adventure, tips liburan, geowisata, visit manado, my indonesia
G. Lokon (kiri), kawah Tompaluan (tengah) dan G. Empung (kanan)
kota Tomohon terletak disepanjang kaki gunung
Terdapat areal camping di lereng bagian timur sekitar lembah Pasahapen atau di jalur pendakian ke lokasi kawah Tompaluan.


Karakter erupsi

Berdasarkan catatan sejarah erupsi, pada umumnya erupsi G. Lokon berupa erupsi abu disertai lontaran batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar dan awan panas. Erupsinya berlangsung beberapa hari.

Bila terjadi erupsi besar, maka bahaya utama erupsi G. Lokon atau bahaya primer (bahaya langsung akibat erupsi) adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak langsung dari erupsi) adalah lahar hujan yang terjadi setelah erupsi apabila turun hujan lebat di sekitar puncak.

Gejala G. Lokon menjelang meletus pada umumnya berupa menebalnya asap kawah, tingginya berfluktuasi antara 400 - 600 m di atas bibir kawah. Makin lama asap tersebut makin menebal dan suatu saat akan berubah warna menjadi kelabu, yang menandakan bahwa material berukuran abu sudah terbawa keluar.

Periode Erupsi
Sebelum tahun 1800 selang waktu erupsi sangat lama (400 tahun), tetapi sesudah 1949 menunjukkan peningkatan frekuensi yang sangat tajam, selang waktu erupsi bervariasi antara 1 - 4 tahun, rata-rata 3 tahun. Erupsi besar terakhir terjadi tahun 1991.



Sejarah kegiatan
1829; Maret, terjadi eksplosif uap di pelana (Graafland, 1901).
1893;
29 Maret, Menurut kakak beradik Sarasin (1901), telah bekerja dua buah "boccaï" sejumlah batu dilontarkan demikian pula bom siput selama berbulan-bulan.
1930; Agustus, (Steup, 1931).
1942; 3 september, erupsi abu, (Djatikoesoemo, 1952).
1949; Menurut Sudrajat (1952) mulai ada kenaikan tingkat kegiatan pada 14 September dengan erupsi   kecil, tetapi erupsi sebenarnya mulai pada 2 Juli 1951 untuk berlangsung terus-menerus hingga akhir 1951.
1952; Kegiatan erupsi sebagai lanjutan dari dalam 1951. Erupsi agak besar terjadi pada 27 dan 28 Mei. Kegiatan baru menurun dan berhenti dalam November.
1953; Kegiatan masih terjadi.
1958; Kegiatan erupsi mulai pada 19 Pebruari dengan sebuah erupsi kecil yang memuntahkan lapili di sekitar kawah. Kemudian erupsi terjadi pada 4, 16 - 17 Maret, 3 - 4 Mei. Kegiatannya berlangsung sepanjang tahun.
1959; Kegiatan erupsi sejak Pebruari 1958, dilanjutkan dalam 1959, berlangsung terus sampai berakhir pada 23 Desember. Selama satu tahun ini terjadi erupsi abu diselingi erupsi kuat yang melontarkan batu. Hujan abu turun di sekitarnya. Dalam Agustus, September dan November tidak terjadi erupsi.
1961; Pada 19 Mei, Setelah istirahat lk. 2 tahun, terjadi lagi erupsi abu. Kegiatannya berlangsung terus   sepanjang tahun. Erupsi abu kuat yang besar terjadi 2 kali yakni pada 24 Oktober dan 20 November.
1962; Tidak ada keterangan lebih lanjut.
 1965-1966; Kenaikan kegiatan
1969; Fasa eruptiva mulai pk. 00.10 pada 27 November. Esok harinya eksplosif pk. 21.57 menyebabkan erupsi abu setinggi 400 m. Hujan pasir belerangan . Kegiatan bertambah pada akhir tahun. Siswowidjoyo (1970) mengatakan, bahwa luncuran awan panas sepanjang lembah Pasahapen lk. 2 km jauhnya ke arah Kinilow.
1970; Dari April hingga Desember terjadi erupsi abu.
1973; September, peningkatan kegiatan.
1974; 28 Januari, Erupsi abu.
1975; Pembentukan kubah lava.
1976; 2 Januari, terjadi erupsi, sumbat lava dihancurkan.
1977; 8 Maret, 5, 6, 27 April, 8, 13, 15, 17 Mei, 8, 13 - 15 September, terjadi erupsi, sinar api.
1982; Peningkatan kegiatan, asap bertambah tebal.
1983; Hembusan asap.
1986; Erupsi freatik, lahar ke S. Pasahapen. Terjadi erupsi, 24 Maret, 5, 7, 12, 27 April, 18 Mei, Juni, 14 Juli setinggi 3000 m. Agustus erupsi abu kecil. 4 September dengan tinggi erupsi 1500 m.
1987; 6 Januari, 11, 21 Maret, 10, 13 Mei, Erupsi abu
1988; 21 April, 17, 18, 21 Juli, Erupsi abu
1989; 21 Agustus, 5 September, terjadi erupsi.
1990; 21 April, 5 Mei, terjadi erupsi.
1991; 12 Januari, 6, 28 Maret, 10 - 11, 17, 26 - 28 Mei, 1 - 30 Juni, 4 - 7. 9. 11 Juli, Erupsi abu 19 September, 24 Oktober, terjadi erupsi dan pertumbuhan kubah lava. 25 Oktober, awan panas ke S. Pasahapen sejauh 1000 m, tinggi asap 2000 m. 26 - 31 Oktober, 1, 6, 12, 17, 20, 24 November, 1 Desember, terjadi erupsi.
1993;  April, kegiatan meningkat berupa gempa tremor. Juni - September, kegiatan meningkat berupa swarm gempa vulkanik.
1997; 12 Desember, terjadi erupsi freatik di dasar kawah, membentuk lubang dengan diameter lk. 5m.
2000; 7 Juli, terbentuk lubang baru di dasar kawah. Lubang yang berdiameter lk. 7 m, berbentuk seperti sumur memancarkan cahaya merah.
2001; 28 Januari pukul 19.20 WITA, terjadi erupsi disertai oleh lontaran material pijar (bom vulkanik) yang jatuh di sekitar Kawah Tompaluan. 26 Maret, pukul 14.40 WITA terjadinya erupsi abu. Erupsi ini disertai dengan suara gemuruh/dentuman. Warna asap hitam tebal dengan tinggi asap lk. 1000 meter di atas bibir kawah, kemudian tertiup angin ke arah timur dan utara. Pada erupsi kali ini tidak disertai dengan lontaran material pijar. 20 Mei, pukul 20.14 WITA terjadi erupsi dari kawah Tompuluan tinggi abu erupsi sekitar 900 meter di atas bibir kawah. Warna abu erupsi kelabu hitam dan tertiup angin ke arah utara, erupsi disertai dengan lontaran material pijar setinggi 400 meter dan jatuh di sekitar kawah.
2002; 9 Februari, pukul 14.10 wita, terjadi erupsi abu. Hembusan asap berwarna hitam tebal mencapai   tinggi 1000 m tertiup angin ke arah tenggara. Endapan abu tersebar di sekitar Desa Kakaskasen III, Talete I, Talete II, Rurukan dan sebagian di sekitar Tondano dengan ketebalan antara 0,5 - 2 mm. 10 April, pukul 23.00 wita terjadi erupsi. Dalam suasana gelap terlihat lontaran material pijar dan jatuh kembali ke dalam kompleks kawah. Asap erupsi mencapai tinggi 1000 m di atas bibir kawah. 12 April, pukul 18.16 wita erupsi susulan terjadi. Dalam suasana yang sudah mulai redup terlihat lontaran material pijar dan jatuh kembali ke dalam kompleks kawah. Asap erupsi mencapai tinggi 1000 m di atas bibir kawah. 13 April, pukul 06.30 dan 08.03 terjadi erupsi abu. Asap erupsi berwarna kelabu setinggi antara 50 - 75 m di atas bibir kawah. 23 Desember, pukul 05.32 terjadi erupsi abu. Asap erupsi berwarna kelabu mencapai tinggi 800 m di atas bibir kawah.
2003; Februari - April, terjadi 30 kali erupsi, 9 kali diantaranya disertai abu dengan ketinggian lebih dari 1000 m berwarna abu-abu kehitaman. Erupsi terbesar terjadi pada 23 Februari, ketinggian abu erupsi mencapai 2500   m. Erupsi berakhir 1 April.
2007; Pada akhir bulan Desember terjadi peningkatan kegiatan

Sumber; 
Badan Geologi
Ingin tahu lebih detail? Langsung ke narasumbernya saja ya, silahkan klik disini!

Komentar

Top 5 artikel

Asal usul nama cap Tikus

Cap Tikus, Minuman tradisional dari Minahasa

Pasar tradisional Tomohon, EKSTRIM!

Daftar kelurahan/desa di kota Tomohon

Kisah gunung Lokon dan gunung Klabat