Kalimpesan, tempat mandi atau tempat sampah?


AEON Japan, JAFS, AFS chapter Tomohon, Water reservoir, bak air, sampah, PKB Maranatha Paslaten
AEON Retails Worker's Union Japan di Kalimpesan Paslaten 2, Tomohon Timur
Untuk kedua kalinya AEON Retails Worker’s Union Japan yang dikoordinasi oleh Japan Asian Friendship Society (JAFS) datang ke kota Tomohon (15/7/2015) dengan misi sosial dan lingkungannya. Kedatangan mereka kali ini adalah untuk membantu membangun water reservoir dan tempat pemandian umum di Kalimpesan, Paslaten 2, Kecamatan Tomohon Timur.

Namun selain program tersebut, ternyata ada kegiatan lain yang sebenarnya diluar program namun menjadi perhatian serius para donatur dari Jepang ini, yaitu sampah. Diluar dugaan, setelah istirahat makan siang para tamu Jepang ini dengan spontanitas turun ke gundukan sampah dan dengan kompak membersihkan sampah-sampah plastik yang luar biasa banyaknya.

Kalimpesan sudah menjadi tempat mandi dan sumber air yang memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sejak dahulu. Bahkan sekarang sudah menjadi tempat mencari nafkah bagi sebagian masyarakat yang menjadi penyedia jasa cuci baju. Namun sayang, masih banyak orang pengguna fasilitas ini yang sangat minim kesadarannya untuk menjaga kebersihan di Kalimpesan.


Gundukan sampah plastik ini adalah hasil dari kurangnya kesadaran dari sebagian masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan selama puluhan tahun.

Di acara ramah tamah (15/7), Lurah Paslaten 2, Klaudius Kalesaran,SH dalam sambutannya bahkan mengungkapkan rasa malu karena sampah-sampah tersebut justru dibersihkan oleh para tamu Jepang ini. Sehingga dalam beberapa kesempatan sesudah itu, ia sering menghimbau masyarakat untuk tidak lagi membuang sampah di Kalimpesan. 


Demikian juga dari AEON Jepang dan JAFS turut menyampaikan rasa prihatin mereka akan kondisi tempat pemandian dan sumber air yang tidak terawat sebagaimana mestinya. Mereka berharap baik pemerintah dan masyarakat lebih menghargai sumber-sumber air dengan meningkatkan kepedulian untuk menjaga kebersihan lingkungannya.  

Prihatin, malu tidak ya?
Satu hal lain lagi yang jadi catatan bagi pemerintah dan masyarakat sekitar adalah kegiatan ini dilaksanakan setelah makan siang tapi jumlah orang yang turut serta dalam membersihkan sampah ini justru berkurang. Sehingga jumlah tamu Jepang jauh lebih banyak dari jumlah masyarakat lokal yang terjun dalam kegiatan bersih-bersih tersebut. Wah wah wah malu tidak ya? 
Hingga berita ini dimuat, Kalimpesan masih belum benar-benar bersih dari sampah. Kira - kira yang harus membersihkannya siapa ya...? 


Komentar

Top 5 artikel

Asal usul nama cap Tikus

Cap Tikus, Minuman tradisional dari Minahasa

Pasar tradisional Tomohon, EKSTRIM!

Daftar kelurahan/desa di kota Tomohon

Kisah gunung Lokon dan gunung Klabat