Gratio Rondonuwu, wakil sulut O2SN 2014 di tingkat Nasional
Gratio, Wakil O2SN Sulut |
Dalam seleksi O2SN untuk SD tingkat propinsi (24/5), cabang olahraga Karate yang dilaksanakan di SMAN 9 Manado, atlet Karate Tomohon yang untuk putra diwakili oleh Gratio Rondonuwu dari SD Inpres Tumatangtang berhasil menyisihkan lawan-lawannya dikelas kata dan kumite. Dengan demikian Gratio menjadi utusan Sulut ke tingkat Nasional yang rencananya akan dilaksanakan di Bali tanggal 14 Juni nanti. Hal ini tentu sangat membanggakan, bukan hanya orang tua dan sekolah tapi juga warga kota Tomohon.
Sedangkan untuk putri, yang diwakili oleh Adinda Pontoh dari SD GMIM 4 Tomohon, berhasil meraih juara 2 untuk kelas kumite putri, dan juara 1 diraih oleh Kasih Setiamu dari Manado yang juga menjadi utusan Sulut untuk putri, namun untuk kelas kata belum berhasil karena kalah dibabak semi final oleh Aurel dari Talaut (juara 1).
Tidak berjiwa sportif
Dalam persiapan pengiriman para atlet, sempat terjadi insiden sehari sebelum keberangkatan (22/5) berupa protes keras dari pelatih Jimmy Pontoh kepada Andre Kojongian (Dinas Pendidikan Tomohon ) karena upaya yang tidak sportif dan tidak terpuji dari oknum tertentu, yang berupaya mengganti nama Adinda Pontoh dengan atlet dari sekolah lain.
Adinda walaupun bertubuh kecil, bukan penghalang menjadi juara |
Setelah serangkaian protes dan usaha, akhirnya Adinda Pontoh kembali dimasukkan sebagai wakil dari kota Tomohon. Namun untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pelatih, koordinator dan guru pendamping turut mengawal nama Adinda untuk tetap terdaftar sebagai atlet wakil kota Tomohon.
Hal ini sungguh disayangkan, karena bila dibiarkan, tentunya dapat mencoreng nama baik dunia olah raga, dinas pendidikan kota Tomohon dan terlebih dapat merusak mental para atlet yang notabene masih anak-anak dengan tindakan yang mengecewakan mereka. Sekalipun masih anak-anak, pada prinsipnya mereka telah mengetahui sistem dan aturan pertandingan, sehingga merekapun tahu siapa yang berhak untuk mewakili kota Tomohon
Namun dengan semangat pantang menyerah, Adinda yang menjadi "Duta Pendidikan SD" kota Tomohon berhasil membuktikan bahwa faktor fisik (badan kecil) sebagai alasan penggantian namanya bukanlah penghalang untuk menjadi juara. Dan ini dia buktikan dengan bertarung pantang mundur di kelas kumite hingga babak final dan untuk kelas kata hingga babak semi final.
Catatan untuk Dinas Pendidikan kota Tomohon dan Panitia O2SN Propinsi.
Team O2SN 2014 kota Tomohon dgn "seragamnya" |
Hal ini mulai dipertanyakan ketika dibandingkan dengan seragam para atlit dari kota lain yang full uniform dari topi, jaket, kaos, celana dan sepatu. Karena kesan seadanya, salah seorang panitia sempat menegur para atlet untuk segera mengganti pakaiannya dengan "uniform team" karena akan segera mengikuti acara pembukaan, tapi setelah dijelaskan bahwa itu memang seragam mereka, dengan tersipu dan "maklum" panitianya segera pergi.
satu kamar untuk 15-20 orang, luar biasa |
Antrean untuk ambil makan |
Lain lagi dengan panitia O2SN propinsi, saking "kreatifnya", satu kamar yang maksimalnya hanya untuk 3-4 orang, kini diperuntukkan untuk 15 - 20 orang. Semua orang hanya geleng kepala dengan kondisi tersebut dan bergurau, tidurnya harus posisi ikan roa atau ikan gere.
Untuk makan, jangan ditanya lagi molornya minta ampun, dan bahkan ada cabang olah raga yang hingga selesai bertandingpun tidak diberi konsumsi.
Artikel lain terkait tentang O2SN 2014;
- Para juara karate siap jadi duta olah raga
- Suci Gani dan team wakil Tomohon untuk O2SN tingkat propinsi
Lihat video pertandingannya;
- Adinda Pontoh
Komentar
Posting Komentar