Perlukah Mall dan Supermarket di Tomohon?
kota Tomohon |
Masyarakat dan pedagang pasar juga kini lebih leluasa dalam aktifitas jual beli mereka, karena pasar sudah jauh lebih luas di tempatnya yang baru dan berdampingan dengan terminal.
Terminal bus yang dahulunya hanya “numpang” di perempatan jalan sekitar gereja Sion sampai kantor pos, kini telah mendapat tempat yang lebih luas dan nyaman yang secara langsung juga mengurangi tingkat kemacetan di pusat kota.
Adalah lazim terjadi, kemajuan pembangunan akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan juga populasi penduduk. Dan naiknya jumlah penduduk akan berdampak dalam kehidupan sosial masyarakat, dimana akan terjadi kompetisi dalam segala aktifitasnya terutama dalam kegiatan ekonomi.
Berikut beberapa pengaruh positif dan negative untuk pembangunan mall/supermarket disuatu daerah atau kota, sebagai masukkan;
Pengaruh Positif
1. Bertambahnya pendapatan daerah/kota dalam bentuk pajak
Pertanyaannya, masyarakat manakah yang diserap untuk bekerja? Local atau pendatang? Coba kita bayangkan, dengan posisi dan gaji yang sama, ada pelamar kerja lokal lulusan SMU/SMK dan pelamar kerja pendatang lulusan S1, manakah yang dominan diterima?
Pemerintah
“dianggap” berhasil oleh masyarakat ketika mall/supermarket berdiri dan
masyarakat turut bangga karena kotanya adalah kota yang maju dan modern, alias
tidak “kuper”.
4. Memperindah kota dengan berdirinya gedung yang mewah
dan megah.
Pengaruh negative
1. Melahirkan/menaikkan jurang perbedaan antara orang kaya atau merasa kaya dan si miskin.
2. Berkurangnya ruang terbuka hijau bagi masyarakat, tapi untuk kota Tomohon itu masih belum berpengaruh (mungkin?!).
3. Perubahan karakteristik tanah serta aliran air tanah
4. Berkurangnya daerah resapan air, hingga kata banjir tinggal menunggu waktunya saja. Apalagi bila AMDAL nya yang tidak sesuai atau mungkin tidak ada.
5. Kemacetan adalah hal yang umum
terjadi di setiap pusat perbelanjaan, apalagi bila mall/supermarket tersebut
terletak di tengah perkotaan. Bagaimana susahnya hidup di lingkungan yang macet,
ingat saja Jakarta.
6. Dampak sosial, perubahan perilaku yang konsumtif dan menghabiskan waktu di mall. Hal ini biasa terjadi untuk masyarakat yang belum siap dengan perubahan dan yang tiba-tiba “harus” ikut merasa modis dan modern, sehingga mereka berusaha mengubah perilaku dan pola hidupnya agar tidak dibilang kuper. Harus dipahami bahwa pola hidup masyarakat kota modern jauh lebih kompleks dibandingkan masyarakat tradisional yang agraris.
7. Meningkatnya angka kriminalitas. Suka atau tidak, pusat keramaian sering menjadi tujuan operasi para pencopet, jambret, rampok, penipu dan lain-lain. Ketidaksiapan masyarakat lokal dalam menghadapi berbagai tawaran dan kemewahan mall/supermarket juga bisa jadi pemicu lahirnya pencopet/penjambret baru.
6. Dampak sosial, perubahan perilaku yang konsumtif dan menghabiskan waktu di mall. Hal ini biasa terjadi untuk masyarakat yang belum siap dengan perubahan dan yang tiba-tiba “harus” ikut merasa modis dan modern, sehingga mereka berusaha mengubah perilaku dan pola hidupnya agar tidak dibilang kuper. Harus dipahami bahwa pola hidup masyarakat kota modern jauh lebih kompleks dibandingkan masyarakat tradisional yang agraris.
7. Meningkatnya angka kriminalitas. Suka atau tidak, pusat keramaian sering menjadi tujuan operasi para pencopet, jambret, rampok, penipu dan lain-lain. Ketidaksiapan masyarakat lokal dalam menghadapi berbagai tawaran dan kemewahan mall/supermarket juga bisa jadi pemicu lahirnya pencopet/penjambret baru.
8. Tergusurnya pasar traditional,
warung, toko dan mini market yang notabene adalah sumber ekonomi masyarakat
lokal. Jadi bagai buah simalakama, mall dan supermarket mengurangi sekaligus
menciptakan pengangguran.
9. Naiknya volume sampah yang
dihasilkan
10. Pemakaian air dan listrik yang
boros
Dari plus minusnya, secara kasat mata dapat terlihat pengaruh negative lebih banyak daripada positifnya. Berarti lebih merugikan masyarakat walaupun mungkin tidak bagi pemerintah. Perbedaan pendapat tentang hal inilah yang sering terjadi konflik antara pemerintah dan masyarkat.
Tidak heran diseluruh Indonesia banyak terjadi demo dan konflik, mulai dari penertiban sampai penggusuran atas nama pembangunan.
Kata pembangunan menjadi kata dengan makna multitafsir ataupun jadi tidak berarti bagi sebagian orang. Pembangunan tidaklah membangun lagi saat aktifitas itu melenyapkan sumber ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Bagaimana menurut anda…?
Semoga bermanfaat!
Artikel lain tentang Kota Tomohon;
- Gunung Lokon meletus (10 September 2013)
- Objek wisata di kota Tomohon
- Aksi Unik di pasar traditional Tomohon
- HUT ke-1 KONI kota tomohon
- Malam gebyar pendidikan kota Tomohon (memprihatinkan!)
- Hardiknas di kota Tomohon
Komentar
Posting Komentar